Aku Jatuh Cinta, Lagi!





Perempuan akan jatuh cinta sebanyak tiga (3) kali dalam hidupnya:
Pertama, ketika ia lahir dan melihat ayahnya;
Kedua, ketika ia bertemu dengan teman hidupnya;
Ketiga, ketika ia mengetahui ada janin calon bayi dirahimnya.
(Nirra)

Siapa yang tidak berbangga hati ketika mengetahui ada calon bayi dirahimnya. Memiliki keturunan bagai menyempurnakan peran kita sebagai perempuan. Begitu lihat ada dua garis merah di alat tespeck, tiba-tiba mataku basah. Ada perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Antara kaget, bahagia, terharu dan sedih. Iya sedih. Aku jadi teringat anakku yang pertama.

Kepergian Izza memang menjadi pukulan berat dalam hidupku dan suami. Bagaimana tidak, begitu cepatnya Allah mempercayai kami keturunan. Selang dua bulan kami menikah kemudian aku dinyatakan positif hamil. Namun, takdir itu pula yang membersamai kami. Selama 27 jam Izza bertahan hidup akhirnya ia pergi dan kami harus kehilangan cinta pertama.

Ya, Izza adalah cinta pertama kami. Aku jatuh cinta padanya begitu mengetahui kehamilanku. Aku seperti anak muda yang baru jatuh cinta. Cinta pada pandangan pertama. Setiap kali aku tersenyum dibuatnya. Kala mengetahui perkembangannya disetiap minggu, aku merasa takjub kepada Sang Maha Karya. Betapa mudahnya Ia menghadirkan mahluk hidup didalam rahim. Berawal dari setes mani kemudian tumbuh menjadi manusia sempurna. Subhanallah.

Tak perlu lama-lama bagi Allah mengembalikan senyumku. Selang dua bulan kepergian Izza, Juli 2017 lalu. Aku kembali dinyatakan positif. Dan di sini, di dalam rahimku kini. Ada cinta kami yang kedua. Mahluk kecil berusia 26 minggu yang selalu menendang-nendang perutku. Meskipun ini kehamilan yang kedua tapi rasa cintaku tetap sama. Cinta pertama.

Setiap orang adalah guru,
Setiap tempat adalah kelas,
Dan setiap kejadian adalah ilmu.
(Noname)

Berangkat dari pengalaman sebelumnya, tentu banyak catatan yang kami perhatikan. Mulai dari pembawaan selama kehamilan, asupan makanan, aktivitas, rekam medis, hingga pembagian peran aku dan suami.

Kehamilan pertama rasanya penuh dengan drama, setiap kali aku harus absen masuk kantor dan berbaring lemas di kasur. Asupan makanan untuk tubuh pun sangat kurang karna rasa mual yang berlebihan. Lagi-lagi setiap makan harus keluar. Ini kemudian berimbas pada turunnya tekanan daran dan menyusutnya berat badan. Tidak banyak aktivitas yang bisa aku kerjakan sekalipun memasak nasi. Alhasil, suamilah yang mengganti peranku di rumah.

Namun, berbeda dikehamilan yang sekarang. Aku merasa badanku segar bugar dan segala aktivitas pun bisa aku kerjakan. Aku bahkan merasa seperti tidak sedang hamil. Meski rasa mual di trimester pertama masih menyerang tapi aku bisa mengatasinya.

Ditrimester pertama, kami memutuskan untuk tinggal bersama orangtuaku sampai akhir tahun. Selain kondisinya pasca melahirkan aku juga teringat akan kondisi kehamilanku dulu dan aku tidak ingin mengulanginya lagi. Di rumah Mama, dengan banyaknya saudara aku merasa nafsu makan semakin baik dan teratur. Meskipun ini menjadikan jarak tempuhku dan suami ke kantor semakin jauh. Ya, meskipun domisili kami masih di Bandung tapi letak rumah Mama di Rancaekek (Bandung Timur) sedang kantorku di Dago (Bandung Utara) dan suamiku kerja di Banjaran (Bandung Selatan).

Untuk pergi ke kantor yang jarak tempuhnya 2 jam 30 menit jika menggunakan motor, kini kualihkan menggunakan kereta. Selain menghemat waktu, juga untuk mengurangi kelelahan rahim karna aktivitas. Dikehamilan pertama aku sempat bedrest selama seminggu. Dokter memberiku penguat kandungan yang harus kuminum dan masuk melalui anus. Hal ini karena sampai usia kandungan 3 bulan aku masih meggunakan motor ke kantor dan rahimku kemudian turun. Rasanya sakit sekali sampai mengubah caraku berjalan, tentunya ini sangat menghabat segala aktivitas.

Dengan segala pertimbangan dan berdasarkan pengalaman itu, diakhir tahun 2017 aku memutuskan mengundurkan diri dan mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan kantor suami. Aku memilih untuk menjadi Ibu Rumah Tangga ketimbang Ibu Karir. Aku ingin fokus mengurus keluarga dan jauh-jauh menutup keinginan untuk bekerja kantoran lagi.

Menjadi Ibu mungkin adalah pekerjaan tersulit di dunia.
Tapi saya merasa, anak-anak datang ke dunia untuk mengajarkan banyak hal ke kita melalui banyak cara.
(Mariah Carey)

Mengutip ungkapan Mariah Carey, aku lalu bercermin. Anakku Izza adalah guru terbaik dalam hidup, kepergiannya mengajarkan aku dan suami banyak hal. Jika kemarin aku harus kehilangan Izza mungkin Allah belum mengizinkanku membesarkan anak karna ada tanggung jawab lain yang harus aku selesaikan. Jika hal tersebut selesai maka Allah akan memberiku tanggung jawab yang lain.

Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya dan setiap anak berhak dilahirkan dari rahim seorang Ibu yang cerdas. Kali ini aku ingin meyakinkan Allah bahwa aku mampu mendapat tanggung jawab lain dan menjaga amanah-Nya. Dan untuk meraih itu, selain ikhtiar dan berdoa aku juga memantaskan diri dengan mencari ilmu seputar kehamilan juga parenting. Aku ingin mempersiapkan keturunanku sebaik mungkin sampai akhirnya Allah meng-accept proposalku.

Teringat akan rekam medis persalinanku yang mengharuskan induksi karna tidak adanya rasa mules atau kontraksi melahirkan. Diusia kandunganku yang sekarang aku mulai mempersiapkan diri untuk proses melahirkan seperti, memperbanyak aktivitas dibagian panggul dengan senam hamil, mengepel jongkok, perbanyak posisi sujud, serta jalan pagi. Sebab, informasi yang kuterima dulu saat pemeriksaan, penyebab tidak adanya rasa mules itu karna kurang gerak. 

Selain itu juga aku kembali membiasakan mengajak anak berkomunikasi dengan membaca Al-quran, mendengarkan murotal, membacakan cerita, menyanyikan lagu anak dan mengajak anak berkomunikasi bersama Babanya. Ini rutin kami lakukan dan ternyata terasa sekali perbedaannya. Anakku yang sekarang jauh lebih aktif. Di usia kandungan memasuki 4 bulan aku sudah sering merasakan tendangannya dan hal itu berlangsung sangat intens terasa, seiring perkembangan usia kandungan. Terlebih efek ketika sang anak diajak membaca Al-quran. Aku yang meluangkan waktu magrib hingga isya khusus untuk tilawah begitu terkejut ketika beberapa menit menuju adzan isya anakku mulai menendang. Ia seperti memberitahu bahwa sebentar lagi masuk waktu sholat. Subhanallah, semakin takjub aja sama ciptaan Allah.

Namun, ditengah perkembangan yang begitu menggembirakan. Selama usia kandungan 5 hingga 6 bulan, Allah menguji kami. Suamiku terserang penyakit Hepatitis A selama satu bulan dan selama 2 minggu aku tidak boleh satu kamar dengannya. Dokter melarangnya karna hawatir virus tersebut menyerang janin. Untuk sementara waktu, suamiku tinggal di rumah orangtuanya. Jaraknya memang tidak terlalu jauh jadi setiap hari aku bulak-balik ke sana untuk mengantarkan makanan.

Bukan hal mudah untuk selalu tegar dalam menghadapi ujian-Nya. Tapi aku bahagia, dalam keadaan aku yang baru resign, sedang baradaptasi dengan tempat tinggal baru dan kondisi suami yang tidak bekerja, Allah memberiku kekuatan besar untuk menghadapinya. Setiap yang menjenguk suami, selain mendoakan kesembuhan mereka juga mencoba menguatkan aku. Meski kalimatnya sangat sederhana “neng sing sabarnya, keun da ieu mah ujian (neng yang sabar ya, ini semua ujian)” tapi entah bagaimana seperti tersihir. Kalimat itu membuat aku tersuntik semangat untuk selalu sehat agar bisa merawat anak dalam kandungan dan suami.

Sejujurnya selama kehamilan kedua ini aku sangat berterima kasih sekali kepada anakku karna sudah menjadi partner yang baik sehingga tak banyak hambatan tentang kehamilan. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Semua hal yang aku rasa dikehamilan pertama tidak banyak aku rasa dikehamilan sekarang. Malah pekerjaan rumah yang dulu tidak bisa aku kerjakan, sekarang dengan mudah dilakukan. Hamil kali ini aku sangat bahagia, terlebih jika tiap kali si kecil meresponku dengan menendang. Rasanya, setiap hari aku selalu jatuh cinta. Anakku, aku jatuh cinta jauh sebelum kita bertemu dan sekarang aku jatuh cinta, lagi!

#PICBBdanPPD #inspirasiceria #pojokilmuceria #tugasfebruari2018
Bandung, 9 Maret 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Evaluasi Edisi Februari!

Bermalam di Bandung Barat