Hidup Sehat Untuk Masa Depan

Senangnya, hari ini mendengar kabar dari sekre kalau layout sudah selesai. Itu pertanda esok aku akan meluncur ke percetakan kemudian persiapan sirkulasi massal. Yippiii, Aku akan kembali hidup sehat :)

Maaf, maksudku aku ingin hidup teratur bersama jadwal mingguan yang selalu kubuat. Kutargetkan sampai akhir minggu ini aku akan pulang larut malam. Ya, supaya Nyonya Besar tidak selalu berpesan "jangan pulang malem-malem, iaa" saat aku pamit pergi kuliah.

Tentunya bukan tanpa alasan. Banyak hal yang kemudian menjadi tugasku ke depan. Aku memiliki tanggungjawab untuk mengatur dan terjun langsung ke lapangan usai turun cetak. Dan aku menargetkan akhir minggu ini usai. Amin, semoga dan harus!

Namun bukan berarti aku tidak akan berkunjung ke rumah keduaku. Ikatan emosional dengan tempat itu sampai kapanpun tidak akan luntur. Hanya saja aku akan lebih baik dalam manajemen waktunya. Berimbanglah, 60% kampus dan 40% Suaka.

Tidak bermaksud melepas tanggungjawab. Tapi kali ini rasanya sudah bukan waktunya lagi. Aku sadar, aku sudah menginjak tahun ketiga mengenyam bangku perkuliahan. Semester depan aku harus persiapan job trainning. Setelah itu membuat proposal pengajuan judul, menyusun *skripsweet* dan mendapat ijazah.

Rancangan Hidup dari Ibu Guru PPKN
Sekitar delapan tahun yang lalu ketika aku duduk dibangku kelas tiga SMP aku membuat rancangan hidup sampai aku berumur 40 tahun. Itu sebenarnya tugas pelajaran PPKN. Tapi aku baru sadar dan berterimakasih kepada Ibu guru itu. Apa yang ia tugaskan bermanfaat dan menjadi kebiasaanku hingga saat ini. Terimakasih Ibu :)

Memang, ada beberapa hal yang tidak sesuai, salah satunya keterlambatan masuk kuliah. Sedikit meniru ucapan orang banyak "kita yang berencana, Tuhan yang menentukan". Aku percaya dimanapun aku berada itu adalah restu Tuhan. Karena Tuhan selalu memberikan yang terbaik untukku.

Disamping itu aku juga sadar akan usia. Tahun ini tak terasa akan ada perubahan angka diakhir usiaku. Dua puluh satu tahun *ehem dusta. Ini jelas bukan saatnya aku untuk berleha-leha. Mengingat teman seangkatan sudah banyak yang bekerja dan menikah bahkan punya anak, wow. Aku kurang cocok nampaknya untuk dunia yang seperti ini dan dengan usiaku yang berangka segini. Lebih pantas untuk adik tingkatku. Iya betul, aku sudah tak lagi remaja, sudah dewasa. 

Tuntutan Anak Pertama
Belum lagi orangtua. Ada beberapa tuntutan yang sesegera mungkin harus aku penuhi. Inilah tuntutan menjadi anak pertama. Apalagi dengan jumlah saudara yang tidak sedikit. Tapi aku bahagia menjalaninya.

Aku tau orangtuaku ingin segera melihat aku wisuda. Kemudian memiliki pekerjaan yang layak dan terakhir pendamping yang sesuai. Ehem, untuk yang satu ini aku seperti dikejar jadwal kereta api* Ya, aku tahu. Pada akhirnya aku yang akan menjadi pengganti Babeh. Jelas aku harus lebih sukses darinya dan menjadi contoh bagi adik-adikku kelak. Inilah tanggungjawab terbesar yang kumiliki. Terbesar dan sangat besar.

Hal terkecil yang aku ingin lakukan saat ini adalah hidup sehat. Ya hidup sehat :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Evaluasi Edisi Februari!

Bermalam di Bandung Barat