Bujang Story
Hari ini Mama marah besar. Tadi sore selesai mandi saya
langsung keluar kamar mendengar kebisingan diruang tamu. Mama dengan suaranya
yang menggelegar memanggil adik lelaki saya Ajat untuk segera duduk
disampingnya.
Saya tidak tahu benar apa yang menjadi penyebab kemarahan
Mama. Saya rasa itu pemandangan biasa. Karena sudah menjadi maklum jika adik
saya sering membuat Mama kesal.
Namun rasanya kali ini sedikit berbeda. Mama benar-benar
geram. Wajahnya merah padam menahan kesal. Saya merasa iba melihat adik saya. Rasanya
tidak tega. Saya hanya diam tidak mengerti.
Ini adik lelaki saya, Luhur Daradjat yang akrab dipanggil Ajat
Lalu saya mencoba masuk ke kamar
Mama. Disana ada adik kecil saya, Bebe sedang berbaring. Belum juga saya melemparkan pertanyaan terdengar suara segukan. Oh
ternyata adik saya ini sedang mengangis. Mungkin ia pun sama merasakan
kesedihan yang kakanya rasakan.
Saya menjadi pensaran. Kemudian menghampiri Mama dan duduk
dikursi dekat adik saya. Ia tampak ketakutan sekali, kakinya dinaikan keatas
kursi dan badannya ia bungkukan. Sesekali ia menyekat air mata lalu menutup
kembali wajahnya
Setelah diinterogasi, akhirnya saya tau. Adik saya telah menjual
memory Play Stationnya. Ia mengaku mendapat saran dari temannya untuk dijual kepada
pak Toni yang entah siapa. Memory itu ia jual dengan harga sepuluh ribu rupiah
dan uangnya ia gunakan untuk jajan.
Pada bagian ini jelas Mama naik pitan. Pasalnya adik saya
ini tidak pernah melakukan hal seperti itu. Hal ini memang terbukti dengan
ungkapannya sepulang bermain kepada
Mama.
“Mama, Ajat baru jual memory” ucapnya polos
"Kenapa dijual?" tanya Mama
"Soalnya ga jajan dari pagi" jawabnya
Mendengar pengakuannya yang polos itu Mama naik pitan. Jawaban terakhirnya membuat Mama kesal. Setahu sayasetiap hari ia diberi jatah jajan, bahkan lebih dari uang saku saya.
Lantas Mama menyuruh Ajat untuk memberikan uang hasil penjualan Memorynya kepada Mama. Tapi ternyata uang itu ada di temannya. Lantas Mama menyuruh dengan segera mengambil uang itu.
Saking ketakutan dan mungkin merasa malu matanya merah. Adik saya ini sempat mengajak Renata, kakak perempuannya untuk mengantar ke rumah temannya.
"Neng, anter yuk" ajaknya.
Sayangnya, Renata tidak menggubris ajakan itu. Ia mengambil langkah seribu berlari ke kamar atas. Sepertinya ia tidak ingin ikut campur dalam hal ini. Mungkin takut ikut dimarahin Mama.
Ajat, Piyus dan abang Kevin
Sesaimpainya kembali, Ajat menyodorkan satu lembar uang dua ribu rupiah. Dan Mama kembali marah lalu merobek uang itu. Itu adalah puncak kemarahan Mama. Sungguh itu horor !
Mama bercerita, setelah adik saya mulai sering bermain dengan temannya Adi, tetangga sebelah. Tingkahnya mulai berubah. Ia menjadi mulai berani berbohong dan mulai tidak patuh perintah Mama.
Adi itu anak tetangga sebelah. Saya tidak tau jelas tentang dirinya. Yang pasti Adi lebih tua dari adik saya, entah beda berapa tahun tapi dia masih SD kok.
Saya jadi sedikit kesal mendengar cerita Mama. Tapi saya juga tidak bisa menyalahkan Ajat. Saya maklumi kenakalannya. Ia memang masih kecil dan belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Saya jadi merasa bersalah juga. Saya tidak bisa memperhatikan perkembangan adik saya.
Kalau begini ceritanya saya jadi paham alasan Mama marah. Ajat, besok-besok ga nakal lagi ya. Mainnya sama abang Kevin atau Piyus aja dirumah, main PS :)
Komentar